Selasa, 24 April 2018

Metode Gradasi Agregate / Sieve Analysis Class "A"

Disini saya ingin berbagi pengalaman mengenai metode / langkah2 dalam pengujian gradasi, baik itu urutan pekerjaannya dan peralatan yang akan digunakan.

Tapi sebelum kita mengulas lebih lanjut, untuk diketahui background saya adalah Civil Structure dari universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 99, pengalaman saya selama 13 tahun bekerja di dunia pekerjaan civil membawa saya untuk mencoba menulis disini dan berbagi pengalaman dengan kalian semua.

Kembali ke (laptop) pokok pembahasan, pengujian gradasi ini intinya untuk mengetahui ukuran material yang dibutuhkan untuk beberapa jenis pekerjaan, misalnya untuk pembuatan Beton dimana salah satu faktor tercapai/tidaknya kekuatan beton yang diinginkan yaitu dengan cara uji gradasi material aggregate tersebut, selain itu juga untuk lapisan perkerasan permukaan baik itu jalan atau segala bentuk permukaan yang membutuhkan daya dukung yang besar.

Disini saya ingin membahas mengenai uji gradasi untuk "Base Coarse" atau Lapisan Permukaan Atas (LPA) untuk spesifikasi Class "A", envelope untuk Class "A" ini sendiri menurut saya yang paling kecil toleransi % lolos ayakan dibanding yang lain. Sebagai contoh dibawah saya akan berikan envelope antara Class "A" SNI (Standard Nasional Indonesia) / ASTM C33 dan Grading B AS (Australian Standard).

1. Table Perbandingan SNI Class "A" dan AS Grading B



2. Grafik Perbandingan SNI Class "A" dan AS Grading B

Dari grafik diatas bisa kita lihat, dimana SNI (warna biru) ukurannya lebih kecil dari grafik AS (warna merah), artinya faktor kesulitan untuk bisa berada dalam envelope tersebut lebih sulit SNI daripada AS.

Dari tabel dibawah bisa dilihat dimana untuk % lolos ayakan 2"&1 1/2" adalah 100%, lalu 1" antara 79 - 85% dst", 


Tanpa berlama lama lagi, langsung saja kita praktekan langkah kerja untuk gradasi ini.

Peralatan:
1. Ayakan ukuran 2", 1 1/2", 1", 3/8", no.4, no.10, no.40 dan no.200.

2. Alat Pembagi material aggregate atau biasa disebut quartering, alat ini berfungsi untuk membagi menjadi 4 bagian sample yang telah kita ambil. Alat tersebut bisa digantikan (walaupun tidak direkomendasikan) dengan metode/gambar dibawah, yaitu cukup karung yang sudah dibelah sebagai alas dimana dibawahnya ditaruh 2 besi yang bersilangan.

3. Timbangan digital 1 unit


4. Pan 4-5 buah


5. Alat masak, yaitu kompor dan wajan. fungsinya yaitu untuk mengeringkan aggregate yang akan kita uji bisa kering, khususnya untuk mencari debu batu lolos diayakan no.40 dan no.200.


6. Kuas, untuk memisahkan debu batu dari dari aggregate kasar pada saat pengayakan.

7. Kaca, disini kami memakai kaca las dimana fungsi dari kaca ini untuk mengetahui uap air dari aggregate yang kita oven/dikeringkan.

8. Kalkulator, tentunya bukan untuk menelpon... tapi untuk menghitung berat aggregate yang ditimbang. kalau ada yang ndak tau bentuknya kalkulator, nih bisa dilihat dibawah ☺


9. Sekop, digunakan untuk pengambilan sample
10. Karung 25 - 50kg, pastinya untuk membawa sample tersebut ke lab.
11. Yang terakhir, alat tulis, untuk menghitung persen lolos ayakan.


Langkah Kerja:

1. Pengambilan Sample 
Pengambilan sample "Base Coarse" Class "A" bisa diambil di stockpile dari crusher atau di tongkang yang sudah dimuat material tersebut, tergantung perjanjiannya dengan suplier materia tersebut. Jika pengambilan sample dilakukan di stockpile, maka syarat pengambilan sample ini maksimal setiap 200m3 harus dilakukan uji gradasi. Pengambilan sample jika berbentuk tumpukan maka pengambilan diambil dari 4 (empat) penjuru baik bagian atas maupun dibawah, ini bertujuan agar pengujian mendekati kondisi aktual dari tumpukan "base coarse" tersebut.

2. Quartering / pembagian sample menjadi 4 (empat) bagian.
Langkah selanjutnya yaitu sample yang sudah dimasukan dalam karung lalu kita bawa ke lab. Aduk kembali sample yang sudah kita ambil dengan tujuan agar aggregate tercampur sempurna, setelah itu dilakukan pembagian base coarse menjadi empat bagian. 
Dari keempat bagian tersebut kita pilih 2 bagian yang bersilangan untuk diuji gradasi sebagai sample "A" dan sample "B".

3. Proses pengeringan / oven base coarse
Proses pengeringan ini bertujuan agar material yang basah atau sedikit basah bisa dikeringkan dahulu agar setiap fraksinya pada saat di ayak bisa terlepas. Pengeringan ini bisa dilakukan (salah satunya) dengan cara digoreng menggunakan wajan dari plat besi seperti gambar dibawah.
Cek kadar airnya dengan menggunakan kaca yang ditaruh diatas base coarse yang di goreng tersebut, letakan beberapa saat lalu lihat apakah ada embun di kaca atau tidak, jika sudah tidak ada embun di kaca maka base coarse tersebut sudah kering dan bisa didinginkan terlebih dahulu.

4. Uji gradasi / pengayakan
Sebelum dilanjutkan dengan proses pengayakan, terlebih dahulu dinginkan sample tersebut setelah sebelumnya dilakukan pengeringan / oven, agar tidak panas.
Masukan salah satu sample yang sudah kering tersebut kedalam ember lalu di timbang, sebelumnya ember kosong kita timbang dahulu lalu ditulis beratnya di ember tersebut.
Ayak bertahap dari 2", 1 1/2" hingga no 200, setiap ayakan yang lolos ditimbang dengan cara menambahkan material yang lolos tiap ayakan ke dalam ember yang ditaruh dalam timbangan.

5. Sieve Analysis
Catat berat yang lolos setiap ayakan di kolom yang dilingkari warna merah dibawah, beratnya akan semakin bertambah setiap ayakannya karena diakumulasi dengan berat sebelumnya.
Lingkaran warna biru adalah berat dari ember itu sendiri (kosongan), sedangkan warna hijau adalah berat total sample ditambah berat ember dan warna kuning adalah berat murni sample sebelum diayak dimana didapat dari lingkaran hijau dikurangi lingkaran biru.
sebagai contoh ayakan 1", dimana setelah ditimbang yang lolos ayakan 1" adalah 1175,1 lalu setelah dikurangi dengan berat ember lingkaran biru dibawah didapat nilainya 694,1. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai persen lolos yaitu 694.6 dibagi dengan lingkaran kuning dibawah lalu kurangi 1 (satu) dan dikali dengan 100 (seratus), abaikan hasil minusnya, maka didapat 84.39%.
Lanjutkan dengan ayakan 3/8", masukan kedalam ember yang berisi material lolos 1" tadi dan catat beratnya di kolom longkaran merah dibawah, dan begitu selanjutnya.

6. Memasukan dalam Grafik
Tanpa memasukan dalam grafik, sebetulnya dari perhitungan diatas sudah bisa dilihat % lolos apakah masuk dalam range / envelope ayakan Class "A".


Sekian dari saya, semoga sedikit pemaparan saya diatas bisa membantu buat yang membutuhkan.... see yaa☺☺☺☺










Tidak ada komentar:

Posting Komentar